Takdir Berkata Lain
Ujian Tengah Semester (UTS) telah berakhir. Banyak dari teman-temanku senang dengan kabar tersebut. Karena setelah ujian pasti berdekatan dengan hari libur sekolah.
Itulah yang membuat teman-temanku senang, tanpa terkecuali aku. Banyak dari mereka membahas liburan dan liburan. Ada salah satu temanku yang bertanya kepadaku, “Suf, rencananya kamu ingin liburan ke mana?” Aku Menjawab, “Kayaknya di rumah aja, gak kemana-mana.” Temanku hanya berkata, “oh” dan berlalu pergi.
Oh iya, aku belum meberitahu namaku ya? Namaku Yusuf Al Qassim, aku sekolah di SDIT Hasanuddin Surabaya, dan duduk di bangku kelas 6. Aku blasteran Eropa dan Asia, itu kata ayah dan ibuku. Tapi aku orang Indonesia, lho… Ibuku keturunan Belanda-Indonesia dan ayahku keturunan Maroko-Malaysia. Sudah ya? Kita lanjut lagi ceritanya.
Rencananya kamu ingin liburan ke mana? Pertanyaan itu masih terngiang di kepalaku yang membuatku terobsesi dengn “liburan”. Sesampai di rumah, aku menaruh tas, berganti pakaian, dan mencari ibu. Aku berteriak-teriak memanggil ibu dan menemukan beliau di gudang. Aku bertanya, “Semua teman-temanku membahas rencana liburan mereka, kapan kita liburan?” Ibu dengan lembut menjawab. “Sabar ya, Nak. Ayahmu masih sibuk di perusahaannya. Jika ayahmu sudah selesai dengan urusannya, kita ke rumah kakek.” Aku yang mendengarnya begitu senang. Ke rumah kakek? Itu seru. Terakhir aku mengunjungi rumah kakek tahun lalu. Rumah kakek berada di Aceh, sedangkan aku berada di Surabaya. Jauh kan? Makanya aku senang ke rumah kakek.
Aku rindu jalan ke kampungnya, teman-teman di sana, rumah-rumahnya, banyak deh. Tapi kata ibu, belum pasti. Ayah masih sibuk, gak tau kapan. Aku mengangguk dan pergi dengan perasaan senang. Aku pergi ke kamarku, menyalakan komputer dan bermain game hingga terdengar azan Asar. Aku salat di Masjid Agung Surabaya. Selepas salat Asar aku pulang dan membaca buku.
Dari Magrib hingga aku bangun melaksanakan salat Subuh tidak berhubungan dengan cerita ini, maka kita akan lompat ke hari berikutnya.
***
Mentari terbit dengan anggun, membuat yang melihat langsung terpana dengan keindahannya. Berawalnya semua kegiatan, ada yang pergi bekerja, belajar, bermain, dan lain-lain. Tak terkecuali aku, sudah mandi, dan sekarang saatnya sarapan. Di meja makan sudah ada ayah dan ibu. Aku menyusul ke meja makan dan mengambil piring, nasi, dan lauk, kemudian melahapnya. Ketika sedang makan, aku teringat dengan kata “liburan” dan menanyakan hal ini kepada ayah sebagaimana Ketika aku bertanya ke ibu. Ayah berkata, “Nanti jika ayah telah selesai dengan urusan perusahaan ya, Nak” jawab ayah lembut. “Oh” ucapku pelan.
Aku menghabiskan sarapanku, mengambil tasku, salim ke ayah dan ibu, lalu berangkat ke sekolahku yang keren. Aku Bahagia sekali dengan jawaban ayah.
***
Kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Saat malam harinya, ayah pulang dengan wajah kelelahan. Aku dengan polos bertanya ke ayah, dan beliau menjawab, “Ayah ada pekerjaan tambahan di perusahaan, jadi ayah tidak bisa liburan bersamamu. Maafkan ayah ya, Nak.” Aku sejenak terdiam. Aku sedih dan kecewa, sepertinya kali ini hanya liburan di rumah. Aku berlari menuju kamar dan menguncinya. Ayah yang melihat kejadian itu, menatap kamarku dengan pandangan iba.
Aku hanya di rumah saat hari pertama, kedua, dan ketiga. Pada malam ketiga aku mendapatkan kabar yang membuat hatiku meledak, senang, terkejut, dan bahagia menjadi satu, yaitu saat ayah pulang dengan dengan wajah gembira sembari berkata, “Ayah dapat 3 tiket ke luar negeri. Berangkatnya seminggu lagi”. Aku bertanya, “Kita ke negara mana, Yah?” Ayah menjawab, “Arab Saudi”. Mendengar jawaban ayah, aku bahagia sekali. Bagaimana tidak? Arab Saudi adalah negeri yang aku impikan. Kenapa aku ingin ke sana? Karena di sana aku ingin melihat makam Nabi Muhammad, melihat keindahan Kota Madinah, Mekkah, dan lain-lain. Pokoknya seru deh.
***
Kalian tahu aku di mana? Yups, aku sudah ada di bandara Juanda, Surabaya. Kita sudah loncat dari satu minggu yang lalu ke masa sekarang. Aku Bersama ayah dan ibu akan menuju Arab Saudi. Saking senangnya, aku dengan tergesa-gesa mengajak ayah dan ibu mempercepat jalannya. Ayah dan ibu tertawa melihat tingkahku.
Pesawat yang kami tumpangi sudah ada di depan mata. Pintu penerbangan yang terhubung dengan pesawat pun terbuka. Mataku berbinar-binar, aku meraih tangan ayah dan ibuku, dan mengajak ke pintu penerbangan. Ayah tertawa dan menasehati agar tidak tergesa-gesa, dan tetap tenang. Aku pun menurut, dan berjalan bersama menuju pintu penerbangan.
Aku berjalan di lorong dan akhirnya sampai di pesawat. Aku mencari posisi duduk yang enak dan perjananku ke Arab Saudi dimulai.
Penulis: Firos Akhtar, Kelas 7A MTs Al-Irsyad Tengaran. Lolos kurasi dalam lomba menulis cerita anak 2024 dengan tema "Liburan" oleh SIP Publisher.
Posting Komentar untuk " Takdir Berkata Lain"