Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menuju Pondok Impian

Kebiasaan yang banyak dilakukan saat liburan adalah berwisata. Berbeda dengan liburanku kali ini. Tahun ini aku telah selesai menempuh pendidikan di SD Plus tahfidzul Qur’an An-Nida. Saatnya aku menuju ke jenjang selanjutnya, yaitu jenjang SMP atau MTs.

Sama seperti pelajar pada umumnya yang memiliki cita-cita, aku memiliki cita-cita besar, yaitu menjadi pendakwah. Menjadi pendakwah adalah cita-citaku dari kecil. Salah satu tahap yang semestinya kulakukan untuk menjadi pendakwah adalah mondok (sekolah) di pesantren. Kupilih pesantren terbaik untuk mewujudkan impianku. Banyak upaya kulakukan untuk mendaftar di pesantren impianku, dari belajar tajwid, tahsin hingga mata pelajaran umum. Tak hanya itu, akupun harus mempersiapkan fisik dan mentalku untuk menjadi seorang santri.

Selama liburan ini aku mempersiapkan diri untuk menjadi santri di pondok impianku. Banyak hal yang harus aku persiapkan untuk mondok ke peesantren impianku itu. Karena ini adalah pesantren impian, maka akupun mempersiapkannya dengan penuh semangat dan optimal sesuai dengan kemampuanku.

Salah satu bekal menjadi seorang pendakwah adalah hafalan Al Qur’an. Selama liburan ini aku dipanggilkan guru ngaji oleh orang tuaku supaya bacaanku benar, sekaligus untuk persiapan mendaftar di syaqqah tahfidz (semacam kelas peminatan). Belajar tajwid dan tahsin kulakukan selama liburan. Mendaftar di syaqqah tahfidz adalah salah satu upayaku untuk menjaga hafalan dan menambah hafalanku. Masuk dalam syaqqah tahfidz tidaklah mudah, beberapa syarat dan seleksi perlu dilewati. Jumlah yang dibatasi, membuat syaqqah tahfidz menyeleksi pendaftar terbaik. Qadarullah aku belum lolos seleksi untuk dapat bergabung di syaqqah tahfidz tahun ini. Insyaallah ini tidak mengurangi semangatku untuk menghafal dan menjaga hafalanku sembari aku menunggu pendaftaran syaqqah tahfidz di buka kembali tahun depan.

Tidak hanya persiapan hafalan Al Qur’an saja, selama liburan ibu dan ayahku membantuku mempersiapkan barang bawaan yang telah ditentukan oleh pondok pesantren impianku. Mulai dari baju, seprei, selimut, dan peralatan mandi. Ini adalah mondok perdanaku. Sehingga membuat aku setiap hari melihat catatan barang bawaan yang perlu kubawa. Sprei Kasur dengan ukuran tertentu, selimut yang tidak boleh bergambar makhluk hidup, celana sirwal yang masih awam untukku, gamis dengan warna tertentu, kaos dan jubah masing-masing dengan ketentuannya. Beberapa kali orang tuaku pergi ke pasar dan ke toko untuk membeli barang-barang yang ditentukan oleh pesantren impian, hingga harus belanja online karena tidak ada di pasar dan di toko biasa berbelanja. Persiapan menyampuli buku tulis juga kulakukan selama liburan.

Selama liburan orang tuaku menyarankan aku untuk membiasakan diri dengan hal-hal yang natinya akan kulakukan di pondok. Kebiasaan untuk mencuci baju sendiri mulai dibiasakan, mandi dengan air dingin, murajaah selepas subuh, hafalan mandiri, merapikan dan menata baju sendiri.

Itulah sebagian kegiatan liburanku yang berbeda dengan liburan biasanya. Meski tidak pergi keluar kota, meski tidak pergi ke taman hiburan dan tempat rekreasi, tapi tetap penuh dengan kegiatan yang bermakna untuk persiapan menuju ke pondok Impian.

Hati berdebar debar ketika semakin dekat dengan waktu aku memulai perjuanganku di pondok Impian. Aku belum bisa membayangkan apa yang nanti akan kulakukan saat menjadi santri di pondok impian. Baru pertama kali ini liburanku terasa sibuk dan penuh dengan kegiatan, tak seperti liburan-liburanku sebelumnya.

Semoga liburanku dalam mempersiapkan diri menuju pondok impian menjadi washilah (jalan) dalam menggapai cita-citaku di masa depan. Aamiin.

Penulis: Aqila Akhsan Aquinukalesa, Santri Kelas 7G MTs Al-Irsyad Tengaran. Lolos kurasi dalam lomba menulis cerita anak 2024 dengan tema "Liburan" oleh SIP Publisher.

Posting Komentar untuk " Menuju Pondok Impian"