Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Teladan: Ustadz Yusuf Utsman Ba'isa

Ustadz Yusuf Utsman Ba’isa hafizhahullah adalah salah satu tokoh yang paling dikenang jasanya karena meletakkan dasar-dasar tarbiyah yang visioner di Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran (PIAT). November 1990, adalah awal  kedatangan beliau ke pesantren setelah menyelesaikan pendidikannya di Universitas Ibnu Saud, Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia. Beliau diutus oleh Syaikh Abdul Aziz Ammar, yang selama di sana mendidik, membimbing, serta memberikan semangat dan arahan agar beliau kembali ke Indonesia untuk mengabdi di Pesantren Al-Irsyad Tengaran.

Pada 1 November, atas permintaan Syaikh Abdul Aziz Ammar, beliau datang ke Pesantren Al-Irsyad Tengaran. Saat bertemu pihak yayasan, beliau dengan yakin menyatakan, “Insyaallah, ana ingin mengabdi (mengajar) di sini selama 10 tahun.” Yang luar biasa, ternyata beliau datang tidak dengan tangan kosong. Sejak awal, beliau telah menyiapkan book file, sebuah buku catatan berisi rencana dan strategi pengembangan pesantren.

Kedatangan beliau disambut dengan baik dan penuh kehangatan oleh Ustadz Ja’far Umar Thalib dan Ustadz Yazid rahimahumullah. Dalam pertemuan dengan pihak yayasan, diputuskanlah bahwa Ustadz Yusuf menjadi Mudir (pimpinan ) Pesantren menggantikan Ustadz Ja'far Umar Thalib (rahimahullah). Ustadz Ja’far pun menunjukkan sikap itsar, dan dengan penuh ketulusan, beliau merasa bahwa Ustadz Yusuf lah yang lebih mumpuni dalam hal kepemimpinan dan pengelolaan pesantren. Oleh karena itu, Ustadz Ja’far dengan ikhlas menyerahkan jabatan mudir kepada Ustadz Yusuf Utsman Ba’isa.

Pihak yayasan sempat bertanya, “Wahai Ja’far, apakah ustadz tidak maridh (sakit hati) jika jabatan mudir diberikan kepada Ustadz Yusuf yang baru datang?” Beliau menjawab, “Tidak, Insyaallah. Ustadz Yusuf lebih mampu mengatur pesantren.”

Jawaban ini menunjukkan ketulusan dan kerendahan hati Ustadz Ja’far dalam melepaskan jabatannya. Akhirnya, Ustadz Yusuf menjabat sebagai mudir sejak 1 November 1990 hingga 1 November 2000, menjadikannya salah satu pemimpin terlama di Pesantren Al-Irsyad Tengaran. 

Setelah 10 tahun menjabat, Biidznillah beliau membawa pesantren berkembang pesat. Namun beliau memilih untuk tidak melanjutkan masa jabatannya, sesuai dengan komitmen yang telah beliau nyatakan sejak awal. Dari beliau, kita belajar tentang komitmen dan integritas. Beliau tidak tergiur untuk memperpanjang masa kepemimpinannya hingga tiga periode atau bahkan lebih. Sejak awal, niat beliau bukan untuk mencari jabatan, melainkan untuk mengajar dan melakukan perbaikan di pesantren. Namun, Allah Azza wa Jalla memberikan kepercayaan lebih besar, menjadikannya pimpinan pesantren. Dengan amanah ini, beliau memiliki kesempatan lebih luas untuk mewujudkan visi dan rencana pengembangan pesantren yang telah disiapkannya sejak awal.

Selama 10 tahun kepemimpinan beliau itu, ada beberapa perubahan besar yang beliau lakukan. Salah satunya, pada tahun 1992, beliau mengubah sistem pembelajaran di pesantren. Jika sebelumnya sistem yang digunakan mirip dengan Pesantren Gontor, beliau kemudian melakukan pengembangan dan inovasi dalam bidang tarbiyah, berdasarkan ilmu yang beliau peroleh selama menimba ilmu di Riyadh, Kerajaan Saudi Arabia.

Sekarang, beliau adalah seorang konsultan ahli badan penelitian, pengembangan dan pengawasan (balitbangwas) yayasan/pesantren, dan Ketua Dewan Pembina Perkumpulan Lembaga Dakwah dan Pendidikan Islam Indonesia (PULDAPII).

--------‐-----------

(Penulis: Muhammad Riandi, disarikan dari "Selayang Pandang tentang Pesantren Islam Al-Irsyad Tengaran" yang disampaikan oleh Ustadz Wahyudi Bachtiar hafizhahullah).


Posting Komentar untuk " Kisah Teladan: Ustadz Yusuf Utsman Ba'isa"